SELAMAT DATANG DI BLOG KESEHATAN DAN ANEKA INFORMASI LAINYA


SPONSOR3

Minggu, 26 Januari 2014

anak sholeh

Saya dulu termasuk dalam kategori anak nakal,dan sekarang udah jdi orang tua, maka kewajiban bagi kita sebagai orang tua atau pembimbing ( guru disekolah ) mendidik anak/siswa agar menjadi yang terbaik. Tentunya hasil yang baik pasti diawali dari yang baik, terlebih niat mendidik anakpun harus benar dan baik dulu. Biasa terdengar diantara kita sebagai pendidik ungkapan atau kalimat “Anak saya ini nakal sekali”, kata seorang ibu. atau ungkapan ini “Kamu itu memang anak nakal”, kata seorang bapak. Dua kalimat  tadi hampir sering kita dengarkan dalam kehidupan sehari-hari. Sangat sering kita mendengar orang tua menyebut anaknya dengan istilah nakal, padahal kadang maksudnya sekadar mengingatkan anak agar tidak nakal. Namun apabila anak konsisten mendapatkan sebutan nakal, akan berpengaruh pada dirinya.

Predikat-predikat buruk memang cenderung memiliki dampak yang buruk pula. Nakal adalah predikat yang tak diinginkan oleh orang tua, bahkan oleh si anak sendiri. Namun, seringkali lingkungan telah memberikan predikat itu kepada si anak: kamu anak nakal, kamu anak kurang ajar, kamu anak susah diatur, dan sebagainya. Akibatnya, si anak merasa divonis.

Hindari Sebutan Nakal

Cara Mendidik Anak, Jangan Sebut Anak Anda “Nakal” - Jika tuduhan nakal itu diberikan berulang-ulang oleh banyak orang, akan menjadikan anak yakin bahwa ia memang nakal. Bagaimanapun nakalnya si anak, pada mulanya tuduhan itu tidak menyenangkan bagi dirinya. Apalagi, jika sudah sampai menjadi bahan tertawaan, cemoohan, dan ejekan, akan sangat menggores relung hatinya yang paling dalam. Hatinya luka. Ia akan berusaha melawan tuduhan itu, namun justru dengan tindak kenakalannya yang lebih lanjut.

Hendaknya orang tua menyadari bahwa mengingatkan kesalahan anak tidak identik dengan memberikan predikat “nakal” kepadanya. Nakal itu —di telinga siapa pun yang masih waras— senantiasa berkesan negatif. Siapa tahu, anak menjadi nakal justru lantaran diberi predikat “nakal” oleh orang tua atau lingkungannya!

Mengingatkan kesalahan anak hendaknya dengan bijak dan kasih sayang. Bagaimanapun, mereka masih kecil. Sangat mungkin melaku­kan kesalahan karena ketidaktahuan, atau karena sebab-sebab yang lain. Namun, apa pun bentuk kenakalan anak, biasanya ada penyebab yang bisa dilacak sebagai sebuah bahan evaluasi diri bagi para pendidik dan orang tua.

Banyak kisah tentang anak-anak kecil yang cacat atau meninggal di tangan orang tuanya sendiri. Cara-cara kekerasan yang dipakai untuk menanggulangi kenakalan anak seringkali tidak tepat. Watak anak sebenarnya lemah dan bahkan lembut. Mereka tak suka pada kekerasan. Jika disuruh memilih antara punya bapak yang galak atau yang penyabar lagi penyayang, tentu mereka akan memilih tipe kedua. Artinya, hendaknya orang tua berpikiran “tua” dalam mendidik anak-anaknya, agar tidak salah dalam mengambil langkah.

Cara Mendidik Anak, Jangan Sebut Anak Anda “Nakal” - Sekali lagi, jangan cepat memberi predikat negatif. Hal itu akan membawa dampak psikologis yang traumatik bagi anak. Belum tentu anak yang sulit diatur itu nakal, bisa jadi justru itulah tanda-tanda kecerdasan dan kelebihannya dibandingkan anak lain. Hanya saja, orang tua biasanya tidak sabar dengan kondisi ini.
Ungkapan bijak Dorothy Law Nolte dalam syair Children Learn What They Live berikut bisa dijadikan sebagai bahan perenungan,

    Bila anak sering dikritik, ia belajar mengumpat
    Bila anak sering dikasari, ia belajar berkelahi
    Bila anak sering diejek, ia belajar menjadi pemalu
    Bila anak sering dipermalukan, ia belajar merasa bersalah
    Bila anak sering dimaklumi, ia belajar menjadi sabar
    Bila anak sering disemangati, ia belajar menghargai
    Bila anak mendapatkan haknya, ia belajar bertindak adil
    Bila anak merasa aman, ia belajar percaya
    Bila anak mendapat pengakuan, ia belajar menyukai dirinya
    Bila anak diterima dan diakrabi, ia akan menemukan cinta.

Cara Pandang Positif
Hendaknya orang tua selalu memiliki cara pandang positif terhadap anak. Jika anak sulit diatur, maka ia berpikir bahwa anaknya kelebihan energi potensial yang belum tersalurkan. Maka orang tua berusaha untuk memberikan saluran bagi energi potensial anaknya yang melimpah ruah itu, dengan berbagai kegiatan yang positif. Selama ini anaknya belum mendapatkan alternatif kegiatan yang memadai untuk menyalurkan berbagai potensinya. Dengan cara pandang positif seperti itu, orang tua tidak akan emosional dalam menghadapi ketidaktertiban anak. Orang tua akan cenderung introspeksi dalam dirinya, bukan sekadar menyalahkan anak dan memberikan klaim negatif seperti kata nakal. Orang tua akan lebih lembut dalam berinteraksi dengan anak-anak, dan berusaha untuk mencari jalan keluar terbaik. Bukan dengan kemarahan, bukan dengan kata-kata kasar, bukan dengan pemberian predikat nakal.

“Kamu anak baik dan shalih. Tolong lebih mendengar pesan ibu ya Nak”, ungkapan ini sangat indah dan positif. “Bapak bangga punya anak kamu. Banyak potensi kamu miliki. Jangan ulangi lagi perbuatanmu ini ya Nak”, ungkap seorang bapak ketika ketahuan anaknya bolos sekolah. Semoga kita mampu menjadi orang tua yang bijak dalam membimbing, mendidik dan mengarahkan tumbuh kembang anak-anak kita. Hentikan sebutan nakal untuk mendidik anak-anak. Jika Cara mendidik anak seperti ini terbiasa dirumah atau dikeluarga kita, mustahil anak kita tidak menjadi orang yang baik, karena dia (anak) lebih pandai untuk menghargai cara terbaik mendidik dirinya, dan yang perlu dipahami, anak kita masih anak-anak, maka jangan samakan dengan kita(orang tua) yang sudah lulus dipanggil ‘anak-anak’.

SPONSOR4

 
Copyright © BUDISUJADMIKO | Design by BUDISUJADMIKO Coach | Powered by Blogger